Pogram Kreja PB BTA Sulut
Program
Kerja Saptacita kepengurusan periode 2016-2018
Membangun peradaban tidak semudah
membalikan telapak tangan dan semudah mengedipkan mata, namun semenjak
Rasulullah SAW menghidangkan Islam pada umat muslim dan mencicipinya,
menandakan tugas mulia yaitu dakwah yang di emban dari zaman Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhamad SAW
harus terus berlanjut hingga batas waktu menghampiri dengan tibanya hari kiamat
nanti. Semenjak itu, peradaban Islam harus terus terukir dalam batu prasasti
paradigma umat agar pradaban islam terus berkembang. Pelajar adalah generasi
bangsa dalam subjektif nasionalisme, pelajar juga generasi Islam dalam
pandangan agama samawi ini. “Hanya butuh sepuluh pemuda untuk menguncangkan
dunia” (Ir. Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia). Pelajar tepatnya
pemuda juga diakui oleh tokoh nasionalisme RI Ir.Soekarno. Teringat teragedi di
Kota Jogja saat Bung Tomo berpidato tentang kepemudaan hingga membakar semangat
kemerdekaan dikalangan pemuda, dan teringat berapa banyak pemuda yang
kecerdasannya membantu peradaban Islam di Dunia, kecerdasan Tokoh Muda Ali Bin
Abi Thalib R.A dalam merancang strategi peperangan hingga Rasul SAW bersabda
“Aku adalah gudang ilmu dan ali adalah kuncinya”. Hal ini lah yang
menggambarkan proses pendidikan ekstra harus di berlakukan dikalangan pemuda
terkhusus pelajar yang menjadi segmentasi pasar Badan Tadzkir Akbar.
Dasar – dasar itulah menjadi acuan Pengurus Besar Badan Tadzkir Akbar
terkhusus Ketua terpilih Periode
2016-2018 mengusung Visi Generasi berkarya, karena proses sehingga berkarya
harus lahir dari proses pembelajaran yang extra. Input keilmuan tak bisa hanya
menjadi retorika yang menguras tenaga dan menjadi kesombongan semata, namun
input yang berikan organisasi BTA kepada setiap generasi atau pelajar harus
diproses menjadi output yang bermanfaat bagi masyarakat dan pelajar lainnya,
ouput itulah yang kami harapkan sebuah karya, karya bagi keluarga, masyarakat
dan bangsa.
Badan Tadzkir Akbar Sendiri bukan
hanya sekedar organisasi yang bergenartor untuk menjalin ukhuwah islamiyah
seperti kotto yang ada, akan tetapi juga sebagai bagian dari agent of change intitusi kemasyarakatan
yang dapat dijadikan saluran efektif dalam mengintrodusir ide-ide baru dan
kegiatan pembaharuan sosial. Di samping sebagai institusi kemasyarakatan yang
menganud pola modern juga mengushakan mewujudkan manusia-manusia modern yang
mempunyai orientasi kedepan dan sanggup menjangkau horizon pemikiran yang lebih
jauh terbuka serta memperkuat benteng antara dimensi transendental.
Dengan visi tersebut, maka penulis
memiliki misi Quantum Learning, metode percepatan pelajaran yang membuat pelajar
tak menyadari bahwa mereka sedang berproses dan belajar secara rutin, karena
Quantum Leraning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti
efektif untuk semua umur. Terlebih untuk kalangan pelajar yang memiliki
psikologi yang suka bersenang-senang. Metode ini juga akan berjalan tanpa
menyampingkan transformasi social budaya yang terus berkembang diantara
kemajemukan budaya di Sulawesi Utara (Sulut) maka penulis mengusulkan satu
formula yang bernama Saptacita untuk
meraih segala Visi dan Misi pada kepengurusan periode 2016-2018 diantaranya :
1. Pengawalan
Cabang – cabang Badan Tadzkir Akbar
Pengawalan ini berlangsung selama masa periode
Pengurus Besar Badan Tadzkir Akbar Sulawesi utara (PB BTA Sulut) periode
2016-2018. Dimana cabang – cabang harus dibekali dengan pengawasan serta
pengawalan terbaik untuk terus aktif sebagai dasar pergerakan roga organisasi
BTA. Juga sebagai kantong dan sumber massa.
2. Pengawalan
pola pengkaderan
Pengakderan merupakan ruh suatu organisasi
pengkaderan, salah satunya adalah BTA. Tanpa ruh mahkluk hidup tak akan hidup
begitu juga BTA, tanpa ada pengkaderan mustahil organisasi bisa berjalan secara
terus menerus sehingga pola pengkaderan harus terus dijaga disetiap cabang agar
lahir secara kesenambungan kepengurusan berikutnya yang akan memeggang tongkat
estafet perjuangan BTA. Tanpa mengganggu kebijakan kepengurusan di setiap
cabang.
3. Pelajar
berkarya
Ladang pelajar merupakan santapan hangat organisasi
BTA, atas dasar itu mereka adalah para generasi bangsa dan tunas – tunas yang
harus tumbuh besar dan bermanfaat untuk masyarakat dan bangsa. Atas dasar latar
belakang telah dipaparkan diatas maka karya harus keluarkan oleh kader BTA
sebagai tanda generasi yang bermanfaat lewat proses pembekalaan. Karya yang
dinikmati oleh semua kalangan. Salah satu contoh adalah peningkatan prestasi di
sekolah kader.
4. Lokakarya AD/ART dan Pedoman Organisasi (PO)
Perjuangan
kader tak lepas dari garis perjuangan BTA, oleh karena itu Lokakarya Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Pedoman Organisasi harus diberikan
pemahaman agar tidak keluar dari rel perjuangan Islam dan aturan serta
peraturan BTA. Pasalnya Ideologi BTA telah tertanam dalam AD/ART dan PO dengan
ber asas kan Islam dengan dasar Rukun Islam Dan Iman.
5. Dimensi
Transendental
Kehausan
makna hidup membuat manusia mencari terus dan terus mencari hingga mendapattkan
kejenuhan atas kehidupan yang dijalaninya. Titik Equilibrium manusia seakan
hilang dan mengarah ke kemurkaan. Hal itu terjadi karena hilangnya rasa beragama.
Proses ini tak bisa dibiarkan kepada generasi muda, membuat proses
transcendental antara dimensi manusia dan Allah SWT harus terus diperkuat
sebagai harapan baru untuk manusia terus melakukan yang terbaik dalam hubungan
vertical dan horizontal (Hubungan Manusia dan Tuhan serta Manusia dan Manusia).
“Iintelektual Question hanya 20% menentukan kesuksesan manusia, dan 80% lainnya
adalah Emosional dan Spiritual Quetion” (Danna Zohar). Maka itulah ibadah dan
ritual harus diperketat agar benar benar terus bergerak mencari Ridho-Nya.
6. Ukhuwah
islamiyah
Motto
BTA ini nampaknya menjadi hal kompleks untuk diterapkan karena banyak kekuatan
silahturahmi yang tersimpan dalam respektif Islam. Pasalnya ini bagian dari
acuan hubungan antara manusia dan manusia seperti Sabda Rasul SAW “Manusia
terbaik adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya”. Hal itu juga tersirat
pada slogan Sitou Timou Timou Tou (Manusia Menghidupkan Manusia). Dan dasar
semua itu adalah ikatan silahturahmi (Ukhuwah
Islamiyah).
7.
Kemandirian
Program Saptacita
yang terakhir ini menjadi titik keberhasilan dari beberapa poin, pasalnya,
tidaklah menjadi hebat jika point-point diatas tidak menjadikan kader BTA
seorang yang mandiri dalam penerapan segala aspek yang diserap dari BTA pola
kemandirian menjadi titik tempuh dan titik keberangkatan keberhasilan kader
dalam berproses di BTA. Karena acuannya saat seorang kader saat kembali ke
masyarakat dan terus berkarya demi bangsa dan agama.