Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mendalami Ilmu Tentang Paradigma, Apa Itu Paradigma?

Ilustrasi (dok :Istimewa/source google) 

Apa Itu Paradigma ?

Paradigma merupakan kerangka pemikiran ataupun model yang digunakan buat memandang serta menguasai sesuatu fenomena ataupun permasalahan tertentu. Paradigma kerap kali mencakup kepercayaan, nilai- nilai, anggapan, serta tata cara yang digunakan dalam sesuatu disiplin ilmu ataupun bidang riset tertentu.


Dalam ilmu sosial, paradigma kerap kali berkaitan dengan perspektif ataupun sudut pandang yang digunakan buat menguasai sesuatu fenomena sosial. Contohnya, dalam sosiologi ada sebagian paradigma semacam paradigma fungsionalis, paradigma konflik, serta paradigma interaksionis yang tiap- tiap mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menguasai warga serta fenomena sosial.


Uraian terhadap paradigma sangat berarti dalam riset serta pengembangan ilmu sebab bisa pengaruhi metode kita memandang serta menguasai sesuatu permasalahan ataupun fenomena, dan tata cara yang digunakan dalam menguji hipotesis serta membuat kesimpulan.


Paradigma Fungsionalis

Paradigma fungsionalis merupakan salah satu paradigma dalam sosiologi yang memandang warga selaku suatu sistem yang terdiri dari bermacam bagian yang silih terpaut serta berperan buat melindungi penyeimbang serta stabilitas dalam sistem tersebut. Paradigma ini berfokus pada fungsi- fungsi sosial yang dicoba oleh bermacam institusi ataupun bagian dalam warga.


Bagi pemikiran paradigma fungsionalis, tiap bagian dalam warga mempunyai fungsi- fungsi yang wajib dipadati supaya sistem sosial bisa berjalan dengan baik. Bila sesuatu bagian tidak berperan dengan baik, hingga hendak terjalin disfungsi yang bisa mengusik penyeimbang serta stabilitas dalam sistem sosial.


Contoh dari pemikiran paradigma fungsionalis merupakan pemikiran kalau pembelajaran mempunyai guna buat mengarahkan nilai- nilai serta keahlian yang diperlukan oleh anggota warga supaya bisa berfungsi dengan baik dalam sistem sosial. Begitu pula dengan institusi keluarga, yang mempunyai guna buat penuhi kebutuhan sosial, emosional, serta ekonomi dari anggota keluarga.


Kritik terhadap paradigma fungsionalis antara lain merupakan minimnya atensi terhadap konflik serta ketegangan sosial dalam warga, dan minimnya atensi terhadap perbandingan serta ketimpangan sosial yang bisa mengusik penyeimbang serta stabilitas dalam sistem sosial.


Paradigma Konflik

Paradigma konflik merupakan salah satu paradigma dalam sosiologi yang memandang warga selaku suatu arena di mana terjalin konflik serta pertentangan antara bermacam kelompok yang mempunyai kepentingan serta tujuan yang berbeda. Paradigma ini menyangka kalau konflik ialah kondisi yang tidak dapat dihindari dalam warga, serta kalau konflik tersebut mendesak pergantian serta pertumbuhan dalam sistem sosial.


Bagi pemikiran paradigma konflik, warga tidak senantiasa normal serta harmonis, melainkan kerapkali terjalin pertentangan serta konflik antara kelompok- kelompok yang berbeda. Kelompok- kelompok ini bisa bersaing buat sumber energi semacam kekayaan, kekuasaan, serta status, ataupun buat memperoleh pengakuan serta penghargaan dalam warga.


Contoh dari pemikiran paradigma konflik merupakan pemikiran kalau ketimpangan serta ketidakadilan sosial merupakan akibat dari pertentangan antara kelompok- kelompok dengan kepentingan yang berbeda. Kelompok- kelompok yang mempunyai akses ke sumber energi serta kekuasaan hendak cenderung mempertahankan keuntungan mereka, sedangkan kelompok- kelompok yang kurang beruntung hendak berjuang buat memperoleh keadilan.


Kritik terhadap paradigma konflik antara lain merupakan minimnya atensi terhadap kepentingan bersama serta kooperasi antara kelompok- kelompok dalam warga, dan minimnya atensi terhadap stabilitas serta keamanan sosial yang diperlukan buat melindungi keberlangsungan hidup masyarakat


Paradigma Interaksionis

Paradigma interaksionis merupakan kerangka pemikiran dalam sosiologi yang memandang orang selaku entitas yang aktif serta ikut serta dalam interaksi sosial yang lingkungan. Paradigma ini berfokus pada gimana orang membangun arti dalam interaksi sosial mereka dengan orang lain, serta gimana arti ini membentuk sikap mereka.


Dalam paradigma interaksionis, bukti diri orang serta kedudukan sosial mereka tidak dikira selaku suatu yang inheren ataupun senantiasa, namun selaku suatu yang tercipta lewat interaksi sosial. Paradigma ini pula menekankan berartinya bahasa serta simbol dalam membangun arti sosial, dan betapa berartinya anggapan serta evaluasi subjektif dalam memastikan aksi serta sikap seorang.


Sebagian tokoh yang terpaut dengan paradigma interaksionis antara lain George Herbert Mead, Herbert Blumer, serta Erving Goffman. Mead memperkenalkan konsep" self" ataupun" diri" selaku sesuatu konstruk sosial yang tercipta lewat interaksi sosial, sedangkan Blumer meningkatkan konsep" simbolik interaksi" selaku bawah untuk uraian kita tentang dunia sosial. Goffman, di sisi lain, menyoroti berartinya dramaturgi sosial serta presentasi diri dalam interaksi sosial.