Konsep Belajar
ADHI SUPRIADI
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar yang mempunyai arti berbeda. Untuk memahami labih lanjut
tentang prestasi belajar, penulis menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam kamus Bahasa Indonesia
yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai.[1]
Prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang, baik itu prestasi
di sekolah, di kantor atau lainnya. Dalam kamus pelajar kata serapan Bahasa
Indonesia mengatakan prestasi adalah hasil yang diperoleh dari kerja keras yang
dilakukan seseorang.
Keberhasilan siswa dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi
yang dicapai kurun waktu tertentu, yang dalam hal ini dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh dalam satu semester, dan dibukukan dalam bentuk buku laporan
pendidikan. Nilai-nilai tersebut merupakan penjumlahan nilai dari seluruh mata
kuliah yang diperoleh mahasiswa. Dengan demikian besar kecilnya nilai diperoleh
menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai.
Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, yang mengutip dari Mas’ud
Khasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,
hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasru Harahap, berpendapat bahwa prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa uang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.[2]
Dari pengertian di atas bahwa prestasi dalah hasil dari suatu kegiatan
seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan, dan menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan bekerja. Belajar adalah proses perubahan dalam diri
manusia dan merupakan aktifitas yang sangat vital serta terjadi secara terus
menerus.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan
atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi materi
pelejaran, disamping itu pula ada pula yang memandang belajar sebagai latihan
belaka. Seperti yang tampak pada latihan belaka. Seperti yang tampak pada
latihan membaca dan menulis.
Untuk menghidari ketidaklengkapan persepsi. Berikut ini akan disajikan
beberapa definisi, yaitu:
a. Menurut James O. Whitakker
Belajar
dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan pengalaman.[3]
b. Menurut Howard L. Kingsley
Belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau dirubah memalaui praktek
atau latihan.[4]
c. Menurut Slameto
Balajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah suatau
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman. Pengalaman
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[5]
Sarlito
Wirawan Sarwono mengemukakan pendapatnya tentang belajar, menurutnya belajar
adalah suatu proses dimana suatau tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki
melalui serentetan reaksi atau situasi yang terjadi.[6]
Menurut
W.S. Winkel, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan tetap.[7]
Muhibin
Syah, menambahkan dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar adalah tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[8]
Berdasarkan
pengalaman di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar
dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik
pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses
latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut
W.S. Winkel menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diraih
oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil dari suatu proses balajar.
Begitu
pula menurut Nana Sudjana mengatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[9]
Menurut
Purwadarminta, prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu
merupakan hasil interaksi berbagai factor yang mempengaruhi baik dari dalam
diri maupun dari luar.[10]
Prestasi
belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan umat manusia karena
sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kekuasaan kepada orang yang
bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.
Prestasi
belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Perstasi belajar dapat
dinilai dengan cara berikut:
a. Penilaian Formatif
Penilaian
Formatif adalah penilaian tentang prestasi siswa yang dilakukan guru
berdasarkan rencana pelajaran yang telah dianjurkan dan yang telah dikerjakan
siswa yang bersangkutan.
b. Penilaian Sumatif
Penilaian
Sumatif adalah penilaian yang digunakan guru secara berkala untuk mengetahui
tingkat prestasi siswa.[11]
Dengan
demikian, dari rumusan-rumusan tersebut diatas dapat disimpulkan mengenai
prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses usaha belajar
yang dilakukan seseorang dalam beberapa waku penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang dibuktikan melalui tes hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk
nilai atau skor.
B.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang berupa indeks prestasi adalah nilai kredit
rata-rata yang merupakan satuan nilai yang menggambarkan mutu prestasi belajar
siswa selama satu semester, dalam rangka menyelesaikan program belajar yang
dibebankan kepadanya, selanjutnya prestasi belajar juga menunjukkan sejauhmana
daya serap yang dicapai siswa dalam belajar.
Daya serap yang tinggi akan digambarkan pada prestasi belajar yang
tinggi. Daya serap yang rendah akan digambarkan dengan prestasi belajar yang
rendah pula. Maka dalam hal tersebut dimana daya kemampuan seorang siswa yang
berbeda-beda dapat disebabkan adanya factor-faktor yang mempengaruhinya.
Tingkat intelegensi siswa memang salah satu factor yang mempengaruh
prestasi belajar, namun hal itu bukanlah factor utama, ada factor-faktor lain
yang mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Sperti dinyatakan oleh slameto bahwa prestasi belajar siswa tidak
semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya, tetapi ada factor
lain, seperti: motivasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian,
ketekunan dan lain-lain.[12]
Begitu pula abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat bahwa factor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dilihat dari factor dalan diri
(factor internal) dan factor dari luar diri (factor eksternal) individu.
a. Factor internal terdiri dari:
1) Factor jasmaniah (fisiologi) baik
yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Yang termasuk factor ini misalnya
penglihatan, pendengaran struktur tubuh dan sebagainya.
2) Factor psikologis baik yang bersifat
bawaan ataupun diperoleh, yang terdiri atas:
(a) Factor intelektif yang meliputi
(1) Factor potensial, yaitu kecerdasan
dan bakat
(2) Factor kecakapan yang nyata yaitu
prestasi yang dimiliki.
(b) Factor non intelektif, yaitu
unsure-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,
emosi, kebutuhan dan penyesuaian diri.
(c) Factor kematangan fisik maupun
psikis.
b. Factor eksternal terdiri dari:
1) Factor sosial yang terdiri dari:
(a) Lingkungan keluarga
Yang
merupakan salah satu lembaga yang amat menentukan terhadap pembentukan pribadi
anak, karena dalam keluarga inilah anak menerima pendidikan dan bimbingan
pertama kali dari orangtua dan anggota keluarga lainya. Didalam keluarga inilah
seorang yang masih dalam usia muda diberikan dasar-dasar kepribadian, karena
pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh yang datang dari luar dirinya.
(b) Lingkungan sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang amat penting bagi kelangsungan pendidikan
anak. Sebab tidak semahal yang dapat diajarkan di lingkungan keluarga karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua. Sekolah
bertugas sebagai pembantu dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada
anak-anak mengenai apa yang tidak didapat atau tidak ada kesempatan orang tua
untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
(c) Lingkungan masyarakat
(1) Lingkungan kelompok
(a) Factor budaya, seperti adat istiadat,
iptek dan kesenian.
(b) Factor lingkungan fisik, seperti
rumah, belajar, dan iklan
(c) Factor lingkungan spiritual dan
keamanan.[13]
Sedangkan Alisuf Sabri menggolongkan factor internal dan
eksternal, yaitu sebgai berikut:
1)
Factor
internal
(a) Factor sosiologi siswa terdiri dari
kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama
penglihatan dan pendengaran.
(b) Factor psikologis yang akan
mempengaruhi keberhasilan siswa adalah minat, intelejensia, motivasi dan
kemampuan kognitif seperti kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang
dimilki siswa.
2)
Factor
eksternal
(a) Factor-faktor lingkungan
Factor
lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu factor lingkungan
alam atau non-sosial dan factor lingkungan sosial. Yang termasuk lingkungan non
sosial adalah keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam),
tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya.
(b) Factor-faktor instrumental
Factor ini
terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pengajaran, media
pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar
mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.[14]
[1]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 593
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 20-21
[3]
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan (Malang: Rineka Cipta, 1990), h. 99
[4] Wasty
Sumanto, Psikologi Pendidikan (Malang: Rineka Cipta, 1990), h. 99
[5]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta :
Rineka Cipta, 1995), h. 2
[6]
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi (Jakarta: Bulan
Bintang, 2000), h. 45
[7]
W.S. Winkel SJ, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 53
[8]
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 1999), h. 64
[9]
Nana Sudjana, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1989),
h. 43
[10]
A. Tabroni Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1989), h. 81
[11]
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), h. 141
[12]
Slameto, op.cit., h. 130
[13]
Abu Ahmadi dan widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Solo: Rineka Cipta,
1991), h 130
[14]
M. Alisuf Sabri, op.cit., h. 59