Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dosa Apakah BTA! Sebuah Napak Tilas Isyarat Menuju Kebahagian

Dosa Apakah BTA! Sebuah Napak Tilas Isyarat Menuju Kebahagian

Penulis : Ketua Umum PB BTA ke-2 Periode 2016-2018, Suparman Soleman


Mubes Ke-2 BTA, Sebuah Napak Tilas

Musyawarah Besar (Mubes) 2 Badan Tadzkir Akbar (BTA) dengan status Luar biasa telah berhasil dilaksanakan, dan seakan Mubes yang dilaksanakan menjadi sebuah napak tilas, setelah kepemimpinan era Ketua Umum (Ketum) Arifin Tukiman yang telah malang melintang di dunia BTA dari tahun 1990-an kini tinggal sebuah cerita-cerita yang manis. Mubes yang dilakukan sesederhana mungkin di Kelurahan Banjer Kota Manado, sengaja seperti itu, dalam rangka memperkuat landasan hukum asas organisasi kepada sejumlah kader BTA yang dinilai bisa menjadi pengganti Ketum Arifin Cs alias Pengurus Besar BTA.

Kelahiran BTA, Dosa Dan Kesalahan Apakah  itu ?

Sebelumnya, sejak BTA dinyatakan berdiri di tahun 22 Oktober 1981 organisasi ini menjadi modal bahwa BTA lah organisasi lokal pelajar tertua di tanah Sulawesi Utara. Lantas apakah BTA  sudah memberikan kontribusi akan kemajuan Nyiur Melambai. Dalam perspektif ini tentu tak nampak adanya ?. meski sederetan nama politisi, pengusaha besar bahkan toko-tokoh central di tanah Sulut terus menggema di telinga penulis saat menginjakan kaki di BTA. Namun hal itu tak nampak adanya, karena merak hadir hanya sebua cerita. Dan Tak meninggalkan perihal orgen, bahkan menampak kan muka di BTA.

Segelintir nama layaknya Djafar Alkatiri, Zubair Ladiku, Ibrahim Bado menjadi penghangat telinga bahwa mereka lahir dari BTA dan menjadi besar saat ini. Namun, apakah dalam setiap karier mereka, BTA menjadi nilai tambah untuk menjual popularitas ! kalau pun sederetan nama itu lahir dari rahim BTA Lantas kenapa tak memucukan wajah di hadapan BTA. bahkan rasa khawatir dan bertanya seakan menjadi mimpi bagi kader-kader penerus. Apakah BTA telah berdosa kepada para pendiri hingga diasingkan dalam karier.

Mungkin kita bertanya-tanya BTA lahir dari mana? ataukah BTA lahir dari lumuran dosa yang hingga tak pernah di elus-elus eksistensinya oleh para senior yang telah mengakar kesuksesannya.

Sekiranya 34 tahun silam sejumlah pelajar di sekolah ternama saat itu seperti SMA 7, SMA 2 SMA Muhammadiyah bahkan lainnya, berkumpul dalam kegiatan Tadzkir Akbar. Di era bangku kepresidenan masih diduduki oleh Soeharto. Dengan postur kepemimpinan otoriter memaksa semua organisasi berasaskan Islam harus mengadakan perubahas ke asas Pancasila. 

Nampaknya peraturan ini membuat pelajar di tanah Sulut sebagai kaum mininoritas ingin menunjukan eksistensi. Lantas contohnya apa? contohnya Tadzkir Akbar yang sering digelar oleh beberapa sekolah tadi membuat pelajat dizaman itu berinisiatif membuat Tim Tadzkir Akbar guna membangun silahturahmi lewat Tadzkir-Tadzkir Akbar yang dilakukan secara terus menerus. 

Diangkatan itulah, nama-nama tokoh-tokoh besar itu lahir. Mereka beriniziatif membuat ini menjadi wadah hingga perubaha-perubahan Nama dari Tim Tadzkir Akbar menjadi Badan Tadzkir Akbar Lantas Menjadi Badan Tadzkir Gabungan di tahun-tahun 1990--an terus terganti akibat inisiatif orang-orang yang berkecimpung dizaman itu.

Sejauh itu, nama Badan Tadzkir Akbar pun kembali melekat dalam organisasi yang lahir dari sebuah kebiasaan pelajar muslim di tahun 1981. Namun kita menyadari organisasi akan layak ketika memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). BTA dizaman itu masih memakai baju komunitas karena lahir dari kebiasaan yang telah disebutkan tadi. 

Landasan pemikirannya pun kita bisa lihat dari perubahan-perubahan nama dan lambang. perubahan tersebut pun dilakukan tanda ada mekanisme layaknya musyawarah dari berbagai pihak, yang ada hanya inisiatif dari orang di zaman itu.

Kian besar BTA pun kian memasiv dalam eksistensi di tanah Sulut. Deretan nama kembali menggema dan akrab hingga saat ini layaknya, Zainuddin Wumu, Muhammad Irzal, Andre Leonardo, Hamid Tome, Junaidi Amra, Maichel Djamal. Sederet nama itu pun mengkristalkan eksistenai mereka hingga melebarkan BTA hingga di daerah lainnya, seperti Minahasa dan Bolaang Mongondow (Bolmong).

Meski deretan nama itu lahir di BTA pada angkatan yamg cukup rentang jauh akan tetapi mereka bisa menyatukan persepsi dalam keberhasilan BTA. Meski Sebelum itu, wacana pembubaran BTA sempat meributkan masyarakat BTA yang saat itu lahir dari transisi kepemimpinan Chandra Modeong dan ke pucuk pimpinan selanjutnya. 

Kisah-kisah seru dalam wacana pembubaran dan pertahankan tak luput menjadi cerita-cerita yang dengar penulis ketika bersilahturahmi dengan kanda-kanda yang pernah membuang waktu dan pikiran demi BTA.

Kesuksesan dizaman itu nampaknya membuat kabut pekat yang membuat mereka lupa. Hal itu seperti pegangan untuk generasi-generasi selanjutnya, hematnya adalah titipan sejarah yang tak kunjung temu satu frekuensinya. Akan tetapi satu titipan lahir di tahun 2004 yang dimana sederat nama dari angkatan yang berbeda tersebut menyusun AD/ART serta Pedoman Organisasi BTA yang hingga saat ini kita pegang.

Sedangkan lambang yang kini di kita sering cicipi lewat mata dibuat tahun 1990-an di angkatannya Ibrahim Bado. Hanya itukah yang diberikan kepada generasi muda ! Salahnya BTA dimanna hingga selalu disematkan dalam keseharian para senior yamg telah mendulang kesuksesan. Penulis mengembalikan pertanyaan-pertanyaan setelah sedikit menceritakan proses hadirnya BTA di tanah Sulut.

BTA yang mulai dilupakan ?

Serambi-sarambi puncak eksistensi bagaikan roda yang berputar kadang sebuah diatas dan kadang dibawah. Begitu pun BTA. semenjak dirumuskan AD/ART BTA oleh 13 orang yang berbeda generasi di tahun 2004, baru bisang dibilang organisasi. oleh-oleh kedua sebelum salin lambang pun kini dihidangkan untuk generasi berikutnya. 

Pedoman Organisasi yang begitu objektiv dan AD/ART yang komplit untuk kalangan pelajar merupakan oleh-oleh yang sulit dimengerti saat ini ! Lantas kenapa seperti itu? Kehebatan  diatas kertas AD/ART yang begitu manakjubkan, namun sayangnya hingga fakum ditahun 2007 kedepan BTA mati total hingga pola AD/ART di yang berada di atas kertas tadi belum sempat wujud nyatakan.

SK PB terkahir untuk cabang Manado ialah ketua Siskawati Nusi hingga BTA fakum dan mulai dilupakan. Tanpa legalitas badan hukum dan tanpa pola AD/ART yang dibahas oleh 13 orang tadi, yang ada hanya AD/ART yang berada di atas kertas, lambang organisasi dan cerita-cerita masa lalu.

Entah dari mana asalnya, tak pernah didengar dan diceritakan, niat membesarkan atas dasar kpedulian kini lahir dari beberapa orang yang familiar saat ini yakni kanda Muhamad Irzal Cs membuat Tadzkir Akbar diawal tahun 2010. Dipandu oleh Kanda Zainuddin Wumu dan ketua PB saat itu yakni Arifin Tukiman yang dalam sambutan ketua PB mengakui jikalau dirinya ketua PB pertama yang sudah memegang amanah 10 tahun sejak pembahasan AD/ART, dan selanjutnya mereka menggambarkan BTA seperti apa.

Siapa bisa tahu, Kanda Arifin menjadi ketua PB pasca melepas Ikatan alimni Tadzkir Akbar (IKATA), yang menandakan sudah lebih dari 10 tahun melintang di dunia BTA. Generasi baru pun lahir, atau angkatan Amjad Cs. disahkan menjadi ketua dalam musyawarah di Study Islam Tadzkir Akbar (SITA) bulan februari 2010. Generasi itun lahir dengan semangat dan didampingi Senior yang begitu dekat meski jauh dalam urusan generasi.

Namun siapa sangka, pergejelokan dan dinamika organisasi BTA yang saat itu Amjad Hardiman Suheli Cs masih berada di bangku sekolah mengalami pasang surut dakam kurun tak lebih dari 3 bulan. Gelombang-gelombang ujian silih berganti mengisi keseharian BTA Cabang Manado menbuat Amjad harus pergi tanpa jejak kaki di BTA. Lantas bagaimanakah BTA saat itu ??

Kembali Bangkit Dan Ingin Berbenah

Turunnya Amjad Hardiman Suheli membuat bangku ketua Cabang Manado kosong dan dinilai oleh rekan-rekan badan berjalan tanpa kepala. Keputusan yang bulat disepakati oleh rekan-rekan Wakil Ketua Cabang Suparman Soleman (Arman) alias penulis yang saat itu masih di bangku sekolah sendiri naik sebagai ketua dan menahkodai BTA selama 2 tahun. 

2 Tahun pun berjalan, kapal BTA dengan wajah polos tanpa politik berlayar dalam lautan organisasi di Manado. Banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan sinergitas kerja. Meski diberbagai situasi gelombang terjang sering menyerbu BTA yang tidak lain adalam permasalah classic seperti pacaran dan aura organisasi lain masuk dalam postur pergerakan BTA. Karena sangking polosnya, BTA saat itu tak bisa mengimplimintasikan AD/ART dan Pedoman Organisasi. Pasalnya, saat iu belum penah meresakan proses Pedoman yang tergatis dalam kertas Pedoman dan AD/ART. 

Deretan permasalah tak kunjung usai hingga perbedaan begitu nampak. namun dinamika itu melahirkan insiatif, dan ide-ide batu untuk membesarkan BTA. Hingga saatnya puncak keperngurusan Arman cs membuat jambore pelajar ke-11 yang sekiranya kegiatan besar Milik BTA yang telah lama Fakum. Kegiatan Jambore ke-11 nyatanya melahirkan inspirasi untuk memlebarkan sayap  BTA. Meneruskan niatan suci para pejuang lama untuk memperbesar BTA.

Deretan nama sebagai pencetus pelebaran sayap dati peserta jambore pun lahir, seperti Ahmad Angga Rasid yang mencoba mengembalikan BTA Kotamobagu, dan Wati Isnain Ibrahim untuk menghidupkan BTA cabang Tondano. Sebelum pelebaran sayap tersebut, Suparman Cs mencoba melepaskan jabatan kepada ketua selanjutnya. Musyawarah Cabang Manado pun digelar tahun 2012 di Mesjid Firdaus. Muhammad Ghazali Mendeh terpilih menahkodai BTA Cabag Manado. Namun, dalam perjalanan menahkodai Kapal BTA Manado, konflik lama masih mengikat di kepengurusan Ghazali. Hingga, tak lama sekitar 3 Bulan kemudian BTA Manado kembali Fakum.

Semenjak itu, BTA Manado kembali membuat kesepakatan dan lahirlah ketua Baru BTA Manado yakni Sahmi Wahab. kegiatan-keguatan digelar, meski jabatan itu siberikan untuk menghabiskan massa jabatan Periode 2012-2014. Setelah kepengurusan Sahmi Wahab, Nahkoda BTA kembali di pusingkan dengan kader penerus. deretan nama yang lahir pada musyawarah tak mampu dan menghilang dalam kegaualuan hingga di puncaknya angkatan BTA yang tersisa menginisiatifkan membuat jambore Ke-13, yang sebelumnya jambore ke-12 digelar di kotamobagu oleh ketua cabang Kotamobagu Ahmad Angga Rasid.

Kembali Berbenah Dan Mencoba Menggapai kebahagian BTA.

Pasca kepengurusan Sahmi wahab yang pasang surut demk BTA. Alimni pengurus Cabang pun berpencar menjadi aspek karir dalam dunia kemahsiswaan. ketika Jambore ke-13 dilakukan, inisiatif membangkitkan pun kembali mengepul di udara. Inisiatif Kanda Andre Leonardo dalam memperkuat PB BTA  disepakati dalam Jambore ke-13. Musyawarah Besar Luar Biasa dilakukan  dalam rangka memcari Pengurus Besar BTA yamg solid dan dapat meneruskan mencapai kebahagian BTA. 

Dalam Mubes yang silakukan hampir satu bulan pada januari 2016. Melahirkan nahkoda baru PB BTA yakni Ketum PB BTA terpilih Suparman Soleman atau penulis sendiri. Namun, dalam Postur kepemimpinan PB BTA ini hanya menginginkan BTA dapat berbenah dari segala sektor. Legalitas Hukum BTA sekertariat permanen dan pola Pedoman serta AD/ART dilaksanakan sesuai dengan inisari perjuanhan dan wajah BTA bukan wajah organisasi lain dan bukan lagi wajah polos yang mudah di mempengaruhi, tapi Wajah BTA.

Tentunya, Impian PB BTA periode 2016-2018 tak mudah di penuhi. Hal iniyang seharusnya dilakukan oleh pencetus-pencetus lalu namun tak kunjung dilakukan. Kalau saja BTA punya legalitas remis dalam pemeri tahan meaki SK Kementrian pendidika  mengganti nama Badan Tadzkir menjadi Rohani Islam (Rohis) pastinya tak akan mempengaruhi eksistensi BTA.

Dalam mencapai Tujuan ini, perlu menyatukan dari segala generasi, amgkatan, zaman, pelaku, pencetus bahkan perintis untuk bersatu. menggapai impian BTA Bahagian dengan impian PB BTA ini. Tak mudah memang, namun penulis menyakini yak ada usaha yang sia-sia. 

Jika BTA memiliki dosa kepada orang yang besar yang pernah berkecimpung BTA bisa saling memafkan dan membatu satu sama lain. Meski, wajah polos BTa memang tanpa politik praktis, namum nyakini lah. ketika kita bersatu menyakini satu hal yang sama semua akan indah. karena BTA butuh itu  (program PB BTA) untuk lebih besar lagi, dan kita butub BTA sebagaia rahim kita yang pernah mencicipi kekeluargaan BTA.